MAKALAH
KIMIA DASAR 2
ASAM
BASA
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Asam dan
basa merupakan sesuatu yang tidak asing lagi dalam kehidupan kita sehari.
Banyak barang yang kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari termasuk ke dalam
contoh asam dan basa. Seperti buah-buahan, sayur-sayuran, bahan industri, dan
lain sebagainya.
Asam dan
basa ini juga merupakan materi yang wajib dipelajari bagi mahasiswa Teknik
Lingkungan. Dalam pembelajarannya diberikan tugas dari dosen kepada
mahasiswa-nya yang berupa makalah mengenai Asam dan Basa.
Oleh
karena itu, makalah ini dibuat untuk memenuhi kewajiban dan amanah yang
diberikan oleh dosen kepada mahasiswa-nya.
B.
Tujuan dan Manfaat
Tujuan
dari pembuatan makalah ini adalah agar mahasiswa mengetahui dan bisa mendalami
ilmu mengenai asam dan basa.
BAB
II
PEMBAHASAN
Sekitar
tahun 1800, banyak kimiawan Prancis termasuk Antoine Lavoisier secara keliru
berkeyakinan bahwa semua asam mengandung oksigen. Lavoisier mendefinisikan asam
sebagai zat mengandung oksigen karena pengetahuannya akan asam kuat hanya
terbatas pada asam-asam okso dan karena is tidak mengetahui komposisi
sesungguhnya dari asamasam halida, HCI, HBr, dan HI.
Lavoisier-lah
yang memberi nama oksigen dari dua kata bahasa Yunani yaitu oxus (asam)
dan gennan (menghasilkan) yang berarti “penghasil/pembentuk asam”.
Setelah unsur klorin, bromin, dan iodin teridentifikasi dan ketiadaan oksigen
dalam asam – asam halida ditemukan oleh Sir Humphry Davy pada tahun 1810,
definisi oleh Lavoisier tersebut kemudian ditinggalkan. Kimiawan Inggris pada
waktu itu, termasuk Humphry Davy berkeyakinan bahwa semua asam mengandung
hidrogen. Setelah itu pada tahun 1884, ahli kimia Swedia yang bernama Svante August
Arrhenius dengan menggunakan landasan ini, mengemukakan teori ion dan kemudian
merumuskan pengertian asam.
Basa
dapat dikatakan sebagai lawan dari asam. Jika asam dicampur dengan basa, maka
kedua zat itu saling menetralkan sehingga sifat asam dan basa dihilangkan.
A. TEORI ASAM-BASA
1. Teori Asam-Basa Arrhenius
Menurut
Arrhenius pada tahun 1903, asam adalah zat yang dalam air dapat menghasilkan
ion hidrogen (atau ion hidronium, H3O+) sehingga dapat
meningkatkan konsentrasi ion hidronium (H3O+).
Basa
adalah zat yang dalam air dapat menghasilkan ion hidroksida sehingga dapat
meningkatkan konsentrasi ion hidroksida.
Reaksi
keseluruhannya :
Secara
umum :
Konsep
asam basa Arrhenius terbatas hanya pada larutan air, sehingga tidak dapat
diterapkan pada larutan non-air, fasa gas dan fasa padatan dimana tidak ada H+
dan OH-.
2. Teori
BrΦnsted dan Lowry
Di tahun
1923, kimiawan Denmark Johannes Nicolaus BrΦnsted (1879-1947) dan kimiawan
Inggris Thomas Martin Lowry (1874-1936) secara independen mengusulkan teori
asam basa baru, yang ternyata lebih umum.
asam:
zat yang mendonorkan proton (H+) pada zat lain
basa :
zat yang dapat menerima proton (H+) dari zat lain.
Berdasarkan
teori ini, reaksi antara gas HCl dan NH3 dapat dijelaskan sebagai
reaksi asam basa, yakni
HCl(g) +
NH3(g) →NH4Cl(s)
simbol
(g) dan (s) menyatakan zat berwujud gas dan padat. Hidrogen khlorida
mendonorkan proton pada amonia dan berperan sebagai asam.
Menurut
teori BrΦnsted dan Lowry, zat dapat berperan baik sebagai asam maupun basa.
Bila zat tertentu lebih mudah melepas proton, zat ini akan berperan sebagai
asam dan lawannya sebagai basa. Sebaliknya, bila zuatu zat lebih mudah menerima
proton, zat ini akan berperan sebagai basa. Dalam suatu larutan asam dalam air,
air berperan sebagai basa.
HCl + H2O
→ Cl– + H3O+
asam1+basa
2 → basa konjugat1+asam konjugat2
Basa
konjugat dari suatu asam adalah spesi yang terbentuk ketika satu proton pindah
dari asam tersebut. Asam konjugat dari suatu basa adalah spesi yang terbentuk
ketika satu proton ditambahkan ke basa tersebut.
Dalam
reaksi di atas, perbedaan antara HCl dan Cl– adalah sebuah proton, dan
perubahan antar keduanya adalah reversibel. Hubungan seperti ini disebut
hubungan konjugat, dan pasangan HCl dan Cl– juga disebut sebagai pasangan
asam-basa konjugat.
Larutan
dalam air ion CO3 2– bersifat basa. Dalam reaksi antara
ion CO32– dan H2O, yang pertama berperan sebagai basa dan
yang kedua sebagai asam dan keduanya membentuk pasangan asam basa konjugat.
CH2O
+ CO32– → OH– + HCO3–
asam1+basa
2 → basa konjugat1+asam konjugat2
Zat
disebut sebagai amfoter bila zat ini dapat berperan sebagai asam atau basa. Air
adalah zat amfoter. Reaksi antara dua molekul air menghasilkan ion hidronium
dan ion hidroksida
adalah
contoh reaksi zat amfoter
H2O
+ H2O → OH– + H3O+
asam1+basa 2 → basa konjugat1+asam konjugat2
B. Kekuatan Asam dan Basa
Pada dasarnya skala/tingkat keasaman
suatu larutan bergantung pada konsentrasi ion H+ dalam larutan. Makin besar
konsentrasi ion H+ makin asam larutan tersebut. Umumnya konsentrasi ion H+
sangat kecil, sehingga untuk menyederhanakan penulisan, seorang kimiawan dari
Denmark bernama Sorrensen mengusulkan konsep pH untuk menyatakan konsentrasi
ion H+. Nilai pH sama dengan negatif logaritma konsentrasi ion H+ dan secara
matematika diungkapkan dengan persamaan :
1. Derajat
keasaman (pH)
Untuk
air murni pada temperatur 25 °C :
[H+]
= [OH-] = 10-7 mol/L
Sehingga
pH air murni = – log 10‑7 = 7.
Jika pH
= 7, maka larutan bersifat netral
Jika pH
< 7, maka larutan bersifat asam
Jika pH
> 7, maka larutan bersifat basa
Pada temperatur kamar : pKw = pH +
pOH = 14
2. Asam
Kuat
Disebut
asam kuat karena zat terlarut dalam larutan ini mengion seluruhnya (α = 1).
Untuk menyatakan derajat keasamannya, dapat ditentukan langsung dari
konsentrasi asamnya dengan melihat valensinya.
3. Asam
Lemah
Disebut
asam lemah karena zat terlarut dalam larutan ini tidak mengion seluruhnya,
α ≠ 1, (0 < α < 1). Penentuan besarnya derajat keasaman
tidak dapat ditentukan langsung dari konsentrasi asam lemahnya (seperti halnya
asam kuat). Penghitungan derajat keasaman dilakukan dengan menghitung
konsentrasi [H+] terlebih dahulu dengan rumus :
di mana,
Ca = konsentrasi asam lemah
Ka = tetapan ionisasi
asam lemah
4. Basa
Kuat
Disebut
basa kuat karena zat terlarut dalam larutan ini mengion seluruhnya (α = 1).
Pada penentuan derajat keasaman dari larutan basa terlebih dulu dihitung nilai
pOH dari konsentrasi basanya.
5. Basa
lemah
Disebut basa lemah karena zat
terlarut dalam larutan ini tidak mengion seluruhnya, α
≠ 1, (0 < α < 1). Penentuan besarnya konsentrasi OH-
tidak dapat ditentukan langsung dari konsentrasi basa lemahnya (seperti halnya
basa kuat), akan tetapi harus dihitung dengan menggunakan rumus :
di mana,
Cb = konsentrasi basa lemah
Kb
= tetapan ionisasi basa lemah
C. Asam
dan Basa dapat Dibedakan dari Rasa dan Sentuhan
Asam
mempunyai rasa masam. Rasa masam yang kita kenal misalnya pada beberapa jenis
makanan seperti jeruk, jus lemon, tomat, cuka, minuman ringan (soft drink) dan
beberapa produk seperti sabun yang mengandung belerang dan air accu (Gambar
13). Sebaliknya, basa mempunyai rasa pahit. Tetapi, rasa sebaiknya jangan
digunakan untuk menguji adanya asam dan basa, karena beberapa asam dan basa
dapat mengakibatkan luka bakar dan merusak jaringan.
Seperti
halnya rasa, sentuhan bukan merupakan cara yang aman untuk menguji basa,
meskipun kita telah terbiasa dengan sentuhan sabun saat mandi atau
mencuci. Basa (seperti sabun) bersifat alkali, bereaksi dengan protein di dalam
kulit sehingga sel-sel kulit akan mengalami pergantian. Reaksi ini merupakan
bagian dari rasa licin yang diberikan oleh sabun, yang sama halnya dengan
proses pembersihan dari produk pembersih saluran.
D. Asam
dan Basa dalam Kehidupan
Beberapa
Asam dan Basa Yang Telah Dikenal
Asam
merupakan kebutuhan industri yang vital. Empat macam asam yang paling penting
dalam industri adalah asam sulfat, asam fosfat, asam nitrat dan asam klorida.
Asam sulfat (H2SO4) merupakan cairan kental menyerupai
oli. Umumnya asam sulfat digunakan dalam pembuatan pupuk, pengilangan minyak,
pabrik baja, pabrik plastik, obat-obatan, pewarna, dan untuk pembuatan asam
lainnya. Asam fosfat (H3PO4) digunakan untuk pembuatan
pupuk dan deterjen. Namun, sangat disayangkan bahwa fosfat dapat
menyebabkan masalah pencemaran di danau-danau dan aliran sungai.
Asam
nitrat (HNO3) banyak digunakan untuk pembuatan bahan peledak dan pupuk. Asam
nitrat pekat merupakan cairan tidak berwarna yang dapat mengakibatkan luka
bakar pada kulit manusia. Asam klorida (HCl) adalah gas yang tidak berwarna
yang dilarutkan dalam air. Asap HCl dan ion-ionnya yang terbentuk dalam
larutan, keduanya berbahaya bagi jaringan tubuh manusia.
Dalam
keadaan murni, pada umumnya basa berupa kristal padat. Beberapa produk rumah
tangga yang mengandung basa, antara lain deodorant, antasid, dan sabun. Basa
yang digunakan secara luas adalah kalsium hidroksida, Ca(OH)2 yang
umumnya disebut soda kaustik suatu basa yang berupa tepung kristal putih
yang mudah larut dalam air. Basa yang paling banyak digunakan adalah amoniak.
Amoniak merupakan gas tidak berwarna dengan bau yang sangat menyengat,
sehingga sangat mengganggu saluran pernafasan dan paru-paru bila gas terhirup.
Amoniak digunakan sebagai pupuk, serta bahan pembuatan rayon, nilon dan asam
nitrat.
BAB
III
KESIMPULAN
Asam
dalam pelajaran kimia adalah senyawa kimia yang bila dilarutkan dalam air akan
menghasilkan larutan dengan pH lebih kecil dari 7. Dalam definisi modern, asam
adalah suatu zat yang dapat memberi proton (ion H+) kepada zat lain (yang
disebut basa), atau dapat menerima pasangan elektron bebas dari suatu basa.
Asam terbagi atas dua maca yaitu asam kuat dan asam lemah. Asam mempunyai rasa
asam dan bersifat korosif.
Basa
adalah senyawa kimia yang menyerap ion hydronium ketika dilarutkan dalam air.
Basa memiliki pH lebih besar dari 7. Seperti hal-nya asam, basa juga terbagi
dua macam yaitu basa kuat dan basa lemah.
Basa
mempunyai rasa pahit dan merusak kulit, terasa licin seperti sabun bila terkena
kulit. Dan dapat menetralkan asam.
Jika pH
= 7, maka larutan bersifat netral. Jika pH < 7, maka larutan bersifat
asam. Jika pH > 7, maka larutan bersifat basa.
DAFTAR
PUSTAKA
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-smk/kelas_xi/kekuatan-asam-dan-basa/
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia_dasar/asam_dan_basa/konsep-ph-poh-dan-pkw/
http://www.smkn1bandung.com/modul/adaptip/adaptif_kimia/larutan_asam_dan_basa.pdf
Hubungan antara teori Bronsted-Lowry
dan teori Arrhenius
Teori Bronsted-Lowry tidak
berlawanan dengan teori Arrhenius – Teori Bronsted-Lowry merupakan perluasan
teori Arrhenius.
Ion hidroksida tetap berlaku sebagai
basa karena ion hidroksida menerima ion hidrogen dari asam dan membentuk air.
Asam menghasilkan ion hidrogen dalam
larutan karena asam bereaksi dengan molekul air melalui pemberian sebuah proton
pada molekul air.
Ketika gas hidrogen klorida
dilarutkan dalam air untuk menghasilkan asam hidroklorida, molekul hidrogen
klorida memberikan sebuah proton (sebuah ion hidrogen) ke molekul air. Ikatan
koordinasi (kovalen dativ) terbentuk antara satu pasangan mandiri pada oksigen
dan hidrogen dari HCl. Menghasilkan ion hidroksonium, H3O+.



Ketika asam yang terdapat dalam
larutan bereaksi dengan basa, yang berfungsi sebagai asam sebenarnya adalah ion
hidroksonium. Sebagai contoh, proton ditransferkan dari ion hidroksonium ke ion
hidroksida untuk mendapatkan air.


Tampilan elektron terluar, tetapi
mengabaikan elektron pada bagian yang lebih dalam:

Adalah sesuatu hal yang penting
untuk mengatakan bahwa meskipun anda berbicara tentang ion hidrogen dalam suatu
larutan, H+(aq), sebenarnya anda sedang membicarakan ion
hidroksonium.
Permasalahan
hidrogen klorida / amonia
Hal ini bukanlah suatu masalah yang
berlarut-larut dengan menggunakan teori Bronsted-Lowry. Apakah anda sedang
membicarakan mengenai reaksi pada keadaan larutan ataupun pada keadaan gas,
amonia adalah basa karena amonia menerima sebuah proton (sebuah ion hidrogen).
Hidrogen menjadi tertarik ke pasangan mandiri pada nitrogen yang terdapat pada
amonia melalui sebuah ikatan koordinasi.

Jika amonia berada dalam larutan,
amonia menerima sebuah proton dari ion hidroksonium:


Jika reaksi terjadi pada keadaan
gas, amonia menerima sebuah proton secara langsung dari hidrogen klorida:


Cara yang lain, amonia berlaku
sebagai basa melalui penerimaan sebuah ion hidrogen dari asam.
Pasangan konjugasi
Ketika hidrogen klorida dilarutkan
dalam air, hampir 100% hidrogen klorida bereaksi dengan air menghasilkan ion
hidroksonium dan ion klorida. Hidrogen klorida adalah asam kuat, dan kita
cenderung menuliskannya dalam reaksi satu arah:


Pada faktanya, reaksi antara HCl dan
air adalah reversibel, tetapi hanya sampai pada tingkatan yang sangat kecil.
Supaya menjadi bentuk yang lebih umum, asam dituliskan dengan HA, dan reaksi
berlangsung reversibel.


Perhatikan reaksi ke arah depan:
- HA adalah asam karena HA mendonasikan sebuah proton (ion hidrogen) ke air.
- Air adalah basa karena air menerima sebuah proton dari HA.
Akan tetapi ada juga reaksi
kebalikan antara ion hidroksonium dan ion A-:
- H3O+ adalah asam karena H3O+ mendonasikan sebuah proton (ion hidrogen) ke ion A-.
- Ion A- adalah basa karena A- menerima sebuah proton dari H3O+.
Reaksi reversibel mengandung dua
asam dan dua basa. Kita dapat menganggapnya berpasangan, yang disebut pasangan
konjugasi.

Ketika asam, HA, kehilangan sebuah
proton asam tersebut membentuk sebuah basa A-. Ketika sebuah basa, A-,
menerima kembali sebuah proton, basa tersebut kembali berubah bentuk menjadi
asam, HA. Keduanya adalah pasangan konjugasi.
Anggota pasangan konjugasi berbeda
antara satu dengan yang lain melalui kehadiran atau ketidakhadiran ion hidrogen
yang dapat ditransferkan.
Jika anda berfikir mengenai HA
sebagai asam, maka A- adalah sebagai basa konjugasinya.
Jika anda memperlakukan A-
sebagai basa, maka HA adalah sebagai asam konjugasinya.
Air dan ion hidroksonium juga
merupakan pasangan konjugasi. Memperlakukan air sebagai basa, ion hidroksonium
adalah asam konjugasinya karena ion hidroksonium memiliki kelebihan ion
hidrogen yang dapat diberikan lagi.
Memperlakukan ion hidroksonium
sebagai asam, maka air adalah sebagai basa konjugasinya. Air dapat menerima
kembali ion hidrogen untuk membentuk kembali ion hidroksonium.
Contoh yang kedua mengenai pasangan
konjugasi
Berikut ini adalah reaksi antara
amonia dan air yang telah kita lihat sebelumnya:


Hal pertama yang harus diperhatikan
adalah forward reaction terlebih dahulu. Amonia adalah basa karena amonia
menerima ion hidrogen dari air. Ion amonium adalah asam konjugasinya – ion
amonium dapat melepaskan kembali ion hidrogen tersebut untuk membentuk kembali
amonia.
Air berlaku sebagai asam, dan basa
konjugasinya adalah ion hidroksida. Ion hidroksida dapat menerima ion hidrogen
untuk membentuk air kembali.
Perhatikanlah hal ini pada tinjauan
yang lain, ion amonium adalah asam, dan amonia adalah basa konjugasinya. Ion
hidroksida adalah basa dan air adalah asam konjugasinya.
Zat amfoter
Anda mungkin memperhatikan (atau
bahkan mungkin juga tidak memperhatikan!) bahwa salah satu dari dua contoh di
atas, air berperilaku sebagai basa, tetapi di lain pihak air berperilaku
sebagai asam.
Suatu zat yang dapat berperilaku
baik sebagai asam atau sebagai basa digambarkan sebagai amfoter.

Teori asam dan basa Lewis
Teori ini memperluas pemahaman anda
mengenai asam dan basa.
- Asam adalah akseptor pasangan elektron.
- Basa adalah donor pasangan elektron.
Hubungan
antara teori Lewis dan teori Bronsted-Lowry
Basa Lewis
Hal yang paling mudah untuk melihat
hubungan tersebut adalah dengan meninjau dengan tepat mengenai basa
Bronsted-Lowry ketika basa Bronsted-Lowry menerima ion hidrogen. Tiga basa
Bronsted-Lowry dapat kita lihat pada ion hidroksida, amonia dan air, dan
ketianya bersifat khas.

Teori Bronsted-Lowry mengatakan
bahwa ketiganya berperilaku sebagai basa karena ketiganya bergabung dengan ion
hidrogen. Alasan ketiganya bergabung dengan ion hidrigen adalah karena
ketiganya memiliki pasangan elektron mandiri – seperti yang dikatakan oleh
Teori Lewis. Keduanya konsisten.
Jadi bagaimana Teori Lewis merupakan
suatu tambahan pada konsep basa? Saat ini belum – hal ini akan terlihat ketika
kita meninjaunya dalam sudut pandang yang berbeda.
Tetapi bagaimana dengan reaksi yang
sama mengenai amonia dan air, sebagai pada teori Lewis, tiap reaksi yang
menggunakan amonia dan air menggunakan pasangan elektron mandiri-nya untuk
membentuk ikatan koordinasi yang akan terhitung selama keduanya berperilaku
sebagai basa.
Berikut ini reaksi yang akan anda
temukan pada halaman yang berhubungan dengan ikatan koordinasi. Amonia bereaksi
dengan BF3 melalui penggunaan pasangan elektron mandiri yang
dimilikinya untuk membentuk ikatan koordinasi dengan orbital kosong pada boron.

Sepanjang menyangkut amonia, amonia
menjadi sama persis seperti ketika amonia bereaksi dengan sebuah ion hidrogen –
amonia menggunakan pasangan elektron mandiri-nya untuk membentuk ikatan
koordinasi. Jika anda memperlakukannya sebagai basa pada suatu kasus, hal ini
akan berlaku juga pada kasus yang lain.
Asam Lewis
Asam Lewis adalah akseptor pasangan
elektron. Pada contoh sebelumnya, BF3 berperilaku sebagai asam Lewis
melalui penerimaan pasangan elektron mandiri milik nitrogen. Pada teori
Bronsted-Lowry, BF3 tidak sedikitpun disinggung menganai
keasamannya.
Inilah tambahan mengenai istilah asam
dari pengertian yang sudah biasa digunakan.
Bagaimana dengan reaksi asam basa
yang lebih pasti – seperti, sebagai contoh, reaksi antara amonia dan gas
hidrogen klorida?


Pastinya adalah penerimaan pasangan
elektron mandiri pada nitrogen. Buku teks sering kali menuliskan hal ini
seperti jika amonia mendonasikan pasangan elektron mandiri yang dimilikinya
pada ion hidrogen – proton sederhana dengan tidak adanya elektron
disekelilingnya.
Ini adalah sesuatu hal yang
menyesatkan! anda tidak selalu memperoleh ion hidrogen yang bebas pada sistem
kimia. Ion hidogen sangat reaktif dan selalu tertarik pada yang lain. Tidak
terdapat ion hidrogen yang tidak bergabung dalam HCl.
Tidak terdapat orbital kosong pada
HCl yang dapat menerima pasangan elektron. Mengapa, kemudian, HCl adalah suatu
asam Lewis?
Klor lebih elektronegatif
dibandingkan dengan hidrogen, dan hal ini berarti bahwa hidrogen klorida akan
menjadi molekul polar. Elektron pada ikatan hidrogen-klor akan tertarik ke sisi
klor, menghasilkan hidrogen yang bersifat sedikit positif dan klor sedikit
negatif.

Pasangan elektron mandiri pada
nitrogen yang terdapat pada molekul amonia tertarik ke arah atom hidrogen yang
sedikit positif pada HCl. Setelah pasangan elektron mandiri milik nitrogen
mendekat pada atom hidrogen, elektron pada ikatan hidrogen-klor tetap akan
menolak ke arah klor.
Akhirnya, ikatan koordinasi
terbentuk antara nitrogen dan hidrogen, dan klor terputus keluar sebagai ion
klorida.
Hal ini sangat baik ditunjukkan
dengan notasi "panah melengkung" seperti yang sering digunakan dalam
mekanisme reaksi organik.

Geen opmerkings nie:
Plaas 'n opmerking